LARUNG
Ayu
Utami
Judul : Larung.
Penulis
: Ayu Utami.
Penerbit
: KPG (Kepustakaan
Populer Gramedia).
Tempat
Terbit : Jakarta.
Tahun
Terbit : Cetakan V, Juni
2008.
Tebal
halaman : vii + 264 halaman
13,5 x 20 cm
Larung adalah novel kedua karya Ayu Utami
yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia. Novel ini adalah kelanjutan
dari Saman yang pada awalnya dua
novel tersebut direncanakan sebagai buku berjudul Laila Tak Mampir di New York. Pada akhirnya Saman dan Larung
merupakan dwilogi yang berdiri sendiri. Pada buku ini bertambah lagi satu tokoh
utama bernama Larung Lanang selain tokoh-tokoh sebelumnya Cok, Laila,
Shakuntala, Saman dan Yasmin.
Novel 'Larung' dimulai dengan
pengenalan seorang bernama Larung. Kisah hidupnya penuh liku-liku, ditambah
lagi dengan kehadiran neneknya, seorang yang sangat dibenci olehnya. Larung
mempunyai seorang nenek dengan kekuatan aneh dan bisa disebut mistik. Dia
menganggap neneknyalah yang telah menyebabkan kematian ayah dan kakeknya. Akhirnya
Larung meminta bantuan kepada teman masa lalu neneknya untuk membunuh neneknya
yang sebenarnya selama ini telah menjadi mayat hidup. Neneknya tidak mati pada
saatnya karena dia menelan benda pusaka yang membuatnya sulit untuk mati dengan
cara apapun.
Sebenarnya Larung adalah seseorang
yang berorganisasi dengan Cok, Laila, Shakuntala, Yasmin, dan Saman untuk
membantu para aktivis melarikan diri ke luar negeri. Ketika itu dia mendapat
tugas untuk memandu 3 orang aktivis yang menjadi buronan para penguasa orde
baru. Di tengah perjalanan, sederet masalah muncul. Mulai dari terlacaknya
mereka, hingga ada beberapa petugas yang mencurigai mereka dating ke penginapan
tempat mereka beristirahat. Mereka juga dibantu adik angkat Larung untuk
mencapai misinya untuk melarikan diri. Namun takdir berkata lain. Pada akhir
Novel ini, Larung beserta 3 aktivis buronan itu tertangkap oleh petugas patrol
di tengah laut dan akhirnya Larung ditembak mati.
Terlihat sangat jelas bahwa tema
yang diambil oleh Ayu Utami pada novelnya kali ini adalah tentang politik
seperti halnya novel sebelumnya Saman. Dalam
novel 'Larung', Ayu lebih memberatkan kepada soal deskriptif yang lebih visual
dan berani. Ada kalanya erotis. Novel 'Larung' ini tentu lebih sesuai dikonsumsi
untuk pembaca-pembaca dewasa. Di novel ini Ayu juga banyak menceritakan tentang
politik. Adanya hal tentang Partai Komunis Indonesia, sampai pada penyerbuan
pejabat Partai Demokrasi Indonesia yang dikuasai pendukung Megawati
Soekarnoputri yang dikenal dengan Peristiwa 27 Juli 1996 juga ditampilkan di
sini.
Bahasa yang digunakan dalam novel
ini juga tidak terlalu berbelit-belit sehingga pembaca juga tidak terlalu sulit
untuk memahami tiap kalimat yang ada. Sudut pandang akuan-taksertaan dipakai
dalam novel ini. Bisa dilihat dari tokoh “aku” yang biasanya hanya menjadi
pembantu atau pengantar tokoh lain. Pendekatan Ayu dalam novel ini sama dengan
novel sebelumnya yaitu tentang semangat feminisme seperti Yasmin, Shakuntala,
dan nenek Larung.
Kedua novel Saman dan Larung bisa
diibaratkan film dengan 2 episode. Kisahnya yang menegangkan dan sangat seru
membuat saya merekomendasikan setiap orang untuk membaca karya ini. Tentu saja
hanya orang yang sudah dewasa dalam segi usia ataupun jiwanya karena novel ini
cukup berat dan menimbulkan beberapa resiko pada pembaca yang belum cukup umur.
"Dian Ramadhan"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar